Sabtu, 01 Juli 2017

resume 3 berjudul "bimbingan dan konseling"

Hai sahabat blogger kali ini saya akan membahas tentang materi bimbingan konseling loo, oiya mumpung masih kondisi lebaran saya dan sekeluarga mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H bagi pembaca blogger muslim yang merayakannya dan Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin.

Bimbingan dan Konseling

bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik sedangkan Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.

Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselordengan konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau pun memecahkan permasalahan yang dialaminya. Bimbingan dan Konseling juga dapat didefinisikan sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi perkembangan konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.
  Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :

·         Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
·         Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
·         Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
·         Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
·         Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.

·         Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

FUNGSI

a.       Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

  1. MANFAAT
a.       Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
b.      Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu.
c.       Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.
d.      Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbinga konseling.


 perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata.
d.      Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
e.       Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar 
lembaga pendidikan.

MANFAAT

a.       Bimbingan konseling akan membuat diri kita merasa lebih baik, merasa lebih bahagia, tenang dan nyaman karena bimbingan konseling tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam diri kita.
b.      Bimbingan konseling juga membantu menurunkan bahkan menghilangkan tingkat tingkat stress dan depresi yang kita alami karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu pula mencari cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang belum terselesaikan itu.
c.       Bimbingan konseling membantu kita untuk dapat memahami dan menerima diri sendiri dan orang lain sehingga akan meningkatkan hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan diri sendiri.
d.      Perkembangan personal akan meningkat secara positif karena adanya bimbinga konseling.



resume 2 yang berjudul "pedagogi dan andragogi"

Hai sahabat blogger kali ini saya akan membahas tentang materi pedagogi dan andragogi lo, oiya mumpung masih kondisi lebaran saya dan sekeluarga mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H bagi pembaca blogger muslim yang merayakannya dan Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin.
Pedagogi dan Andragogi

Pedagogi merupakan ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah tersebut merujuk pada pembelajaran atau gaya pembelajaran. Pedagogi juga merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Berhubung dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkam dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh murid dan guru. Salah satu contohnya adalah sokrates. Kata “pedagogi” berasal dari bahasa yunani kuno (paidagogeo) secara literal yang berarti “membimbing anak”. Di yunani kuno, kata paidagogeo atau pedagogi biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak tuannya. Termasuk dalam menghantar anak sekolah atau tempat pengasuh, tempat latihan, dan membawakan perbekalan. Kata yang berhubungan pedagogi adalah pendidikan sekarang digunakan untuk merujuk keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan.
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani, yakni andra yang berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinsi andragogi kemudian dirumuskan sebagai “suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar”. Kata andragogi pertama kali digunakan oleh alexander kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan dirumuskan konsep-konsep dasar teori plato. Meskipun demikian, kapp tetap membedakan antara pengertian “social-pedagogy” lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan pengertian pedagogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu empat perbedaan mendasar antara lain:
  1. Citra Diri
Citra diri sorang anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan dari citra ketergantungan kepada orang lain menjadi citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah.

2. Pengalaman

Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar.

3. Kesiapan Belajar

Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator.

4. Nirwana Waktu dan Arah Belajar

Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana kita akan pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari ini", sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu kelak.

Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi


Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :

1. Menciptakan iklim untuk belajar
2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
3. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
4. Merumuskan tujuan belajar
5. Merancang kegiatan belajar
6. Melaksanakan kegiatan belajar
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai.

Andragogi dapat disimpulkan sebagai :

1. Cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman
2. Suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu
3. Suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah.

Prinsip-prinsip Belajar untuk Orang Dewasa

1. Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
2. Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis
4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik
5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup
6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir dari warga belajar
7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar.

 Karakteristik Warga Belajar Dewasa

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda
2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya
5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan
6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama
9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal
10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin
11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis
12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat dengan teman baru.

 Karakteristik Pengajar Orang Dewasa

Seorang pengajar orang dewasa haruslah memenuhi persyaratan berikut :

1. Menjadi anggota dari kelompok yang diajar
2. Mampu menciptakan iklim untuk belajar mengajar
3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa pengabdian dan idealisme untuk kerjanya
4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain
5. Menyadari kelemahannya, tingkat keterbukaannya, kekuatannya dan tahu bahwa di antara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya
7. Peka dan mengerti perasaan orang lain, lewat pengamatan
8. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan memperlakukan orang
9. Selalu optimis dan mempunyai iktikad baik terhadap orang
10. Menyadari bahwa "perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar"
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi negatif fan pisitif.

Resume 1 setelah uts dengan judul "pengelolahan kelas"

Hai sahabat blogger kali ini saya akan membahas tentang materi pengelolahan kelas lo, oiya mumpung masih kondisi lebaran saya dan sekeluarga mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H bagi pembaca blogger muslim yang merayakannya dan Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin.

Pengelolahan Kelas

Dalam materi pengelolahan kelas ini saya akan menyampaikan tentang mengelolah kelas secara efektif, mendesain lingkungan fisik kelas, menciptakan lingkungan yang fositif untuk pembelajaran, menjadi komunikator yang baik, dan menghadapi perilaku murid atau peserta didik yang bermasalah.
Dalam lingkaran pendidikan, dikatakan bahwa tidak seorang pun memperhatikan menejemen kelas (classroom) yang baik kecuali kelas menjadi ruwet. Ketika kelas dikelolah dengan baik, kelas akan berfjalan dengan lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran. Ketika kelas dikelolah dengan buruk, kelas bisa menjadi kacau dan tidak menarik sebagai tempat belajar. Terus mengapa kita harus mengelolah (menejemen) kelas secara efektif?
Banyak kesamaan dalam isu menejemen untuk sekolah dasar dan sekolah menengah. Akan tetapi ada juga beberapa perbedaan terutama dalam pengelolahan kelas: guru SD sering menghadapi sekitar 20 sampai 25 murid yang sama sehari penuh, sedangkan guru sekolah menengah menghadapi 100 sampai 150 murid dalam 50 menit sehari. Kejemuan dan berinteraksi dengan orang yang sama sepanjang hari disekolah dasar dapat menimbulkan masalah. Guru sekolah menengah harus perpindah pelajaran dengan cepat. Mereka juga mungkin menghadapi lebih banyak masalah dan murid mereka mungkin juga punya masalah yang lebih parah dan sulit diubah. Masalah ini juga dapat lebih berat ketimbang masalah murid SD. Murid sekolah menengah mungkin menuntut penjelasan yang lebih mendalam dan logis dari aturan yang disiplin.
Doyle mendekripsikan ada enam karakter yang merefleksikan kompleksitas kelas dan potensi masalahnya: (1) Multi-dimensionalitas; (2) aktivitas simultan yang sedang berjalan; (3) kejadian yang sering terjadi dengan cepat; (4) kejadian yang sering tak terduga; (5) kurangnya privasi; (6) sejarah kelas.
Strategi yang baik untuk memulai kegiatan belajar mengajar adalah: (1) membangun ekspekstasi untuk perilaku dan menghilangkan ketidakpastian; (2) memastikan murid merasakan kesuksesan; (3) selalu siap dan dapat dijangkau; dan (4) selalu bertugas.
Tujuan dan strategi antara lain: (1) membantu murid lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak berorientasi tujuan (menjaga aktivitas tetap lancar, meminimalkan waktu transisi dan mengajak murid bertanggung jawab) dan (2) mencegah munculnya masalah.
Adapun desain lingkung positif fisik sekolah adalah:
  • Mengurangin kepadatan diarea yang menjadi tempat lalu lalang
  • Memastikan anda melihat semua murid dengan mudah
  • Materi yang harus disampaikan dipastikan mudah dipahami dengan murid dan mudah diakses
  • Memastikan agar semua murid dapat melihat presentase kelas.
Gaya penataan kelas antara lain gaya auditorium, tatap muka, offset, dan klaster (cluster). Gaya tersebut sangat penting untuk mempersosialisasikan kelas dan menjadi desainer envioremental yang mampu memahami apa aktivitas murid, menyusun rencana tata ruang, melibatkan murid dalam pendesainan, dan mengujicobakan tata letak dan mau bersikap fleksibel dalam mendesain ulang.
Agar menciptakan lingkungan kelas yang positif maka gunakanlah manajemen kelas otoritatif, bukan gaya otoriter atau permisif yang dilakukan. Gaya otoritatif adalah melakukan percakapan dengan murid dan membatasi perilaku murid jika dibutuhkan. Pengajaran otoritatif berhubungan dengan perilaku murid yang kompeten.
Beberapa pendekatan komunikasi yang baik bagi murid maupun guru antara lain dengan keahlian bicara yang efektif seorang guru bisa mengembangkan keahlian berbicara murid tersebut. Berbicara yang efektif didepan kelas dan murid harus menggunakan pesan yang jelas, menggunakan kata “saya”, bersikap asertif dan menghindari rintangan komuikasi verbal. Baik guru maupun murid harus mengetahui cara berbicara dan berpidato secara efektif. Jadilah pendengar yang aktif, mendengar yang aktif adalah ketika seorang memberi perhatian penuh kepada pembicara, fokus pada isi intelektual dan emosional dari pesan. Beberapa strategi mendengar aktif adalah: (1) memberi perhatian pada orang yang berbicara, seperti mempertahankan kontak mata; (2) parafrasa; (3) mensintesiskan tema dan pola; (4) memberi tanggapan secara kompeten.
Adapun pendekatan yang efektif dapat dipakai guru untuk mengatasi perilaku murid yang bermasalah antara lain dengan menggunakan interventasi, interventasi dapat dibagi menjadi interventasi minor atau moderat. Interventasi menggunakan isyarat nonverbal, memperatahankan laju aktivitas, mendekati murid, mengarahkan perilaku, memberikan intruksi yang diperlukan, menyuruh murid menghentikan suatu perilaku, dan memberi pilihan kepada murid. Interventasi moderat antara lain dengan mencabut privilese atau melarang murid melakukan aktivitas yang disenanginnya, membuat perjanjian behavioral, mengisolasi atau mengeluarkan murid dari kelas, dan memberikan hukuman. Strategi menejemen yang baik adalah menggunakan sumber daya pendukung. Sumber daya ini antara lain teman sebaya sebagai mediator, orang tua, kepala sekolah atau konseltor, dan mencari mentor untuk murid.

Selasa, 11 April 2017

testimoni perkuliahan pendidikan

Nama: Wanda pratama
NIM: 161301026

pertama kali saya mempelajari mata kuliah psikologi pendidikan saya mengira mata kuliah ini akan sulit, namun pemikiran sama perlakuan itu memang berbeda sebab mata kuliah ini rupanya tidak sulit malahan menyenangkan dikarenakan mata kuliah ini ada observasinya.
saya suka observasi karena saya suka melihat hal yang baru dan bertemu teman-teman baru, oleh karena itu mata kuliah ini sangat lah menyenangkan dikarenakan kita bisa berteman kepada siapa saja dan semua hal itu sangat menarik.

hasil observasi

2017.04.11 Selasa 04:19 wanda pratama Foto 04:19 wanda pratama Foto 04:19 wanda pratama Foto 04:20 wanda pratama Foto 04:20 wanda pratama Foto 04:20 wanda pratama Foto 04:20 wanda pratama Foto 04:21 wanda pratama Foto 04:21 wanda pratama Foto 04:21 wanda pratama Foto 04:22 wanda pratama Foto 04:22 wanda pratama Foto 04:22 wanda pratama Foto 04:22 wanda pratama Foto 04:23 wanda pratama Foto 04:23 wanda pratama Foto 04:23 wanda pratama Foto 04:23 wanda pratama Foto 04:24 wanda pratama Foto 04:24 wanda pratama Foto 14:21 wanda pratama http://health.liputan6.com/read/2182616/mandikan-bayi-stimulus-perkembangan-kognitifnya?source=search http://health.liputan6.com/read/2672445/terlalu-banyak-garam-ganggu-fungsi-kognitif-anak?source=search http://health.liputan6.com/read/655574/kurang-tidur-di-usia-3-tahun-penyebab-nilai-kognitif-buruk?source=search http://www.tribunnews.com/australia-plus/2016/04/20/bekerja-3-hari-seminggu-lebih-baik-untuk-kemampuan-otak?page=2 14:21 wanda pratama http://news.detik.com/australia-plus-abc/3292174/hiu-ternyata-lebih-pintar-dari-dugaan-manusia 15:08 Wanda Pratama
Laporan Observasi Manajemen Kelas pada Anak Prasekolah (TK) Dharma Wanita Persatuan USU
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 8
Hafizah Aini (16-002)
Talenta M.N Hutabarat (16-005)
M. Ridhona Z. Nur (16-010)
Wanda Pratama (16-026)
Neni Tria (16-030)
Intan Yolanda (16-041)
Santi Melisa (16-058)


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Observasi Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita Persatuan USU ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih pada seluruh Ibu dosen Psikologi pendidikan USU yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai manajemen kelas di taman kanak-kanak, terutama di taman kanak-kanak yang kami kunjungi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.








Medan, 08 April 2017


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii ISI LAPORAN ............................................................................................................ 1
1. Nomor Kelompok ............................................................................................ 1

2. Ketua dan Anggota Kelompok ........................................................................ 1

3. Nama Sekolah ................................................................................................. 1

4. Identitas Sekolah ............................................................................................. 1

5. Hari/Tanggal Observasi ................................................................................. 1

6. Teori Landasan ............................................................................................... 1

7. Waktu Observasi ............................................................................................ 1

8. Lokasi Observasi ............................................................................................ 1

9. Pembagian Tugas ........................................................................................... 1
10. Jadwal dan Sistematis Pelaksanaan Penelitian ............................................... 2
11. Jadwal Kegiatan ............................................................................................... 2

12. Catatan Observasi ........................................................................................... 3

13. Pembahasan Observasi dengan Teori .............................................................. 4

TEORI MANAJEMEN KELAS ................................................................................. 6

KESIMPULAN, HAMBATAN, SARAN ................................................................ 15

TESTIMONI MASING-MASING ........................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18
POSTER .................................................................................................................... 19
LAMPIRAN .............................................................................................................. 20
DOKUMENTASI ..................................................................................................... 21


ISI LAPORAN
  1. Nomor Kelompok :8 (Delapan)
  2. Ketua Kelompok :Wanda Pratama (161301026)
Anggota Kelompok : Hafizah Aini (161301002)
Talenta M.N Hutabarat (161301005)
M.Ridhona Z Nur (161301010)
Neni Tria Harahap (161301030)
Intan Yolanda (161301041)
Santi Melisa (161301058)
  1. Nama Sekolah : TK Dharma Wanita Persatuan USU
  2. Identitas Sekolah :
- Alamat : Jl.Universitas No.26, Padang Bulan Kota Medan
- Jumlah Siswa (Observasi) : 15 orang
- Jumlah Kelas : 3 (tiga) kelas
- Jumlah Guru : 4 (empat) orang
- Prestasi : Juara I Lomba Kebersihan tingkat Kecamatan
  1. Hari/Tanggal Observasi : Jumat,31 Maret 2017
  2. Teori Landasan : Bab 14. Mengelola Kelas
(Psikologi Pendidikan oleh J.W Santrock)
  1. Waktu Observasi : 08.00 – 10.15 (2 jam 15 menit)
  2. Lokasi Observasi : TK Dharma Wanita Persatuan USU
  3. Pembagian Tugas :
    No
    Nama
    Tugas
    1.
    Wanda Pratama Dokumentasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
    2.
    Hafizah Aini Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
    3.
    Talenta Hutabarat Dokumentasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
    4.
    M.Ridhona Z Nur Dokumentasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
    5.
    Neni Tria Harahap Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
    6.
    Intan Yolanda Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
    7.
    Santi Melisa Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan
  4. Jadwal dan Sistematis Pelaksanaan Penelitian

NO
URAIAN
MARET
APRIL
1
Diskusi Pemilihan Topik








2
Diskusi Mengenai Teori








3
Observasi








4
Diskusi Kelompok








5
Pembuatan Poster








6
Posting Blog








SISTEMATIS PELAKSANAAN PENELITIAN
  • 06 Maret 2017  :  Diskusi Pemilihan Topik
  • 24 Maret 2017  :  Diskusi Mengenai Teori
  • 31 Maret 2017  :  Observasi
  • 01 April 2017   :  Diskusi Kelompok
  • 04 April 2017   :  Pembuatan Poster
  • 09 April 2017    :  Posting Blog


  1. Jadwal Kegiatan (Jumat, 31 Maret 2017)
08.00 – 08.15  :  Bel berbunyi, berbaris, berolahraga, menyanyi dan menari bersama
08.15 – 08.45  :  Kegiatan awal, salam dan doa
08.45 – 09.45  :  Kegiatan Inti (Pada hari Jumat menggambar dan membaca cerita)
09.45 – 10.00  :  Cuci tangan, doa dan makan bersama di dalam kelas
10.00 – 10.15 Istirahat, main didalam atau diluar kelas
10.15 : Pulang










  1. Catatan Hasil Observasi
  1. Keadaan Kelas
  • Di dalam kelas terdapat 4 kelompok meja dengan 3-4 orang murid yang menduduki kursi
  • Gaya penataan kelas menggunakan gaya tatap muka
  • Kelas sudah bersih dan rapi saat murid-murid memasuki kelas
  • Di belakang kelas terdapat tempat mainan murid-murid disimpan
  • Loker kelas terletak rapi disudut belakang kelas dengan nama masing-masing murid. Di dalam loker terdapat buku mewarnai, buku tulis, alat tulis, dan peralatan lainnya.
  • Kelas memiliki dekorasi bervariasi, yaitu terdapat poster-poster abjad serta lukisan- lukisan lucu di dinding kelas
  • Kelas menggunakan AC sebagai pendingin ruangan
  • Terdapat satu meja guru di depan kelas

  1. Aktivitas Kelas
  • Sebelum memasuki kelas murid melakukan senam pagi yang didampingi guru
  • Guru sudah mengenali nama murid satu persatu
  • Murid memasuki kelas dan duduk di kursinya masing-masing
  • Guru membuka kelas dengan berdoa dan menanyakan kabar murid
  • Guru mengulas kembali pelajaran yang sudah lalu saat membuka kelas
  • Guru menanyakan ibadah murid
  • Murid sudah hapal rutinitas di hari Jum’at yaitu murid bebas melakukan hal yang diinginkan seperti menggambar karena senin-kamis murid sudah belajar menulis, membaca, dan berhitung.
  • Murid mengambil sendiri peralatan menggambarnya di loker yang sudah tersedia
  • Ada juga kegiatan menyanyi tentang pelajaran murid
  • Setelah murid selesai menggambar, guru memberikan nilai terhadap gambaran mereka serta menanyakan apa yang mereka gambar
  • Murid yang sudah selesai dinilai diizinkan untuk bermain di area belakang kelas yang sudah tersedia dengan mainan
  • Pada saat jam makan, murid diminta untuk mencuci tangan dengan cara mengantri, kamar mandi murid berada di luar ruangan kelas
  • Guru meminta murid berdoa dan mengawasi murid saat sedang makan sambil menanyakan apa bekal yang ia bawa
  • Sebelum pulang murid diminta merapikan barang-barangnya
  • Diakhir kelas murid diminta berdoa dan diizinkan pulang, kelompok murid yang paling tertib diizinkan pulang terlebih dahulu

  1. Interaksi
  • Interaksi antar guru dan murid cukup baik dan sering
  • Guru membimbing murid untuk membaca doa-doa
  • Guru menegur murid secara langsung apabila tidak tertib
  • Guru menghapal dengan baik nama-nama murid
  • Guru memberikan pujian kepada murid yang berani bercerita tentang kegiatannya
  • Saat menggambar murid banyak berinteraksi dan bercanda, serta pinjam meminjam alat-alat menggambar
  • Guru menanyakan apa gambar yang mereka gambar secara individu
  • Ada beberapa murid yang tidak mau menggambar tetapi malah mengerjakan soal-soal di bukunya

  1. Pembahasan Antara Hasil Observasi dengan Landasan Teori
  1. Pada TK Dharma Wanita USU, anak – anak didik terlihat mampu menjawab pertanyaan guru melalui media simbolik dengan bentuk rumah ibadah dan foto Presiden. Dimana pada pemikiran praoperasional menurut piaget, tahapan periode praoperasional ini terdapat sebuah kemajuan pemikiran simbolis disertai pemahaman yang tumbuh mengenai ruang, sebab akibat, identitas, kategorisasi, dan lainya.
  2. Evertson, Emmer, dan Worsham (2003) dalam buku Santrock (2014) memberi beberapa prinsip penataan kelas, yaitu:
  • Mengurangi kepadatan di tempat lalu–lalang.
  • Memastikan bahwa guru dapat melihat murid dengan mudah.
  • Materi dan perlengkapan kelas mudah diakses.
  • Memastikan murid dapat melihat semua presentasi kelas.
  • TK Dharma Wanita masih belum mampu memastikan kondisi pertama. Dikarenakan hal ini terjadi karena ruang kelas satu pintu dengan jalan keluar kantor kepala sekolah.
  • Mengenai gaya penataan kelas, Crane (2001) dan Fickes (2001) dalam Santrock (2004) mengemukakan lima gaya penataan, TK Dharma Wanita USU menggunakan gaya yang kedua. Yaitu, gaya tatap muka, dimana murid saling berhadapan (face to-face). Anak – anak akan belajar cenderung lebih sering bercengkrama dengan temannya yang lain.
  • Personalisasi kelas cukup baik di TK ini sebab dekorasi kelas menggunakan hiasan warna-warni , mainan yang memacu kognitif dan kreatifitas (seperti susunan kayu dari besar-kecil dan lego). Tetapi ruangan kelas kurang efektif penempatannya karena berseberangan dengan ruangan kepala sekolah (bisa dilewati dari pintu yang sama).
  1. Dalam menciptakan lingkungan yang positif di sekolah,guru menggunakan strategi otoritatif dimana murid dilibatkan dalam kerja sama serta diberi perhatian. Kerjasama terlihat dari kegiatan mengambil peralatan gambar di loker masing-masing.
  2. Dalam mempertahankan aturan atau prosedur, terdapat tiga strategi untuk menjaga kerjasama antara murid dan guru yang masing-masing telah dipenuhi oleh TK yaitu:
  • Menjalin hubungan positif dengan murid: berinteraksi secara empat mata.
  • Mengajak murid untuk bertanggung jawab: setelah selesai makan mereka harus membersihkan meja mereka dan merapikannya,setelah selesai bermain mereka harus menyusun kembali mainan yang mereka ambil.
  • Memberikan hadiah: memuji, mengacungkan jempol, menepuk tangan pada murid yang bersemangat dan yang berani untuk tampil membaca puisi dan bernyayi.
  1. Terdapat masalah yang jelas mengenai seorang murid yang tidak bisa duduk tenang dikelas dan mulai mengganggu teman yang lainnya, tetapi guru TK menyelesaikan masalah ini dengan bentuk non-asertif. Setelah menanganinya guru melanjutkan pembelajaran dikelas.
  2. Untuk mengatasi beberapa masalah yang lazim dialami oleh para guru TK dalam berkomunikasi dengan muridnya, maka harus dengan menjalin hubungan komunikasi aktif dengan audien (anak-anak). Hal ini dikatakan oleh College pada tahun 1995 (Santrock, 2004).













TEORI MANAJEMEN KELAS
  1. Sejarah dan Tokoh
Kelas dimana anak usia dini atau Taman Kanak Kanak sebagai sebuah institusi pendidikan mungkin masih tergolong baru dibandingkan sekolah lainnya. Menurut sejarahnya tercatat Freidrich Froebel (21 April 1782-21 Juni 1852) seorang berkebangsaan Jerman, sebagai salah satu pengagas pendidikan untuk anak dengan membuka kindergarten (kinder=anak; garten=taman) pertama di dunia pada 28 Juni 1840 di Thuringia-Jerman. 
Pendidikan TK dimaksudkan untuk memelihara tumbuhnya kebudayaan bangsa yang merdeka, terutama melalui sistem pendidikan dan pengajaran. Seiring dengan perkembangan Taman Indria, berkembang pula Taman Kanak-kanak (TK) yang merupakan adaptasi dari konsep Kindergarten dan Taman Indria. Perkembangan TK jauh lebih pesat dari pada Taman Indria. Dalam perjalannya selama di Indonesia, lahir pula Raudhatul Athfal atau RA yang merupakan penyelenggaraan program pendidikan bagi anak usia dini dengan kekhasan agama Islam.
Baik Taman Indria, Taman Kanak-kanak, maupun Raudhatul Athfal, sasarannya baru mencakup anak di atas usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian anak usia 0-4 tahun belum terlayani program PAUD dalam bentuk apapun. Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan pengasuhan terutama bagi anak yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah, muncullah program Taman Penitipan Anak atau TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip/pengasuhan anak. Sejak tahun 1980-an, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia internasional tentang arti pentingnya pendidikan, mulai dibuka lembaga untuk anak usia 3-4 tahun dalam bentuk Kelompok Bermain atau Kober atau KB.
Hal penting lainnya adalah dasar bagi kurikulum yang dirancang Froebel, yaitu gift (objek yang dapat dipegang dan digunakan anak sesuai instruksi guru, sehingga anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran, warna, dan menghitung), occupation(materi untuk mengembangkan berbagai keterampilan, seperti menjahit sesuai pola, membuat bentuk mengikuti pola, menggunting, menggambar, menempel dan melipat kertas, dll), nyanyian, dan permainan yang mendidik.
  1. Anak Prasekolah
Salah satu Teori yang dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami kognitif seseorang melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia.
1.Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2.Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3.Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4.Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Pemikiran Praoperasional menurut piaget
Pada tahapan periode praoperasional ini terdapat sebuah kemajuan pemikiran simbolis disertai pemahaman yang tumbuh mengenai ruang, sebab akibat, identitas, kategorisasi, dan lainya.
  1. Fungsi simbolis Fungsi simbolis (Symbolic function): 
Kemampuan anak menggunakan representasi mental  (kata-kata, angka, atau gambar). Tanpa simbul-simbul, individu tidak dapat berkomuniasi secara verbal, membuat perubahan, membaca peta, atau mengenali foto-foto yang disayangi dari kejauhan. Simbol-simbol bisa membantu seorang anak untuk mengingat dan berpikir tentang sesuatu yang tidak hadir secara fisik.
Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
  1. Imitasi tidak langsung Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.

  1. Permainan Simbolis Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.

  1. Menggambar Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
  2. Gambaran Mental merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.

  1. Bahasa Ucapan Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain. 
Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Manajemen kelas
Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Evertson, Emmer, & Worsham, 2003 dalam Santrock, 2004). Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V Johson dan Mary A Bany, bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. Secara historis, dalam manajemen kelas, guru dianggap sebagai pengatur dan dalam tren selanjutnya lebih menekankan pada pelajar, dan guru sebagai fasilitator (Freiberg, 1999; Kauffman, dkk., 2002 dalam Santrock, 2004).
Proses belajar-mengajar dalam kelas hakikatnya akan melibatkan semua unsur yang ada dalam sekolah yang bersangkutan akan tetapi secara langsung akan terlibat hal-hal sebagai berikut :
  1. Guru sebagai pendidik
  2. Murid sebagai yang dididik
  3. Alat-alat yang dipakai
  4. Situasi dalam dan lingkungan kelas
  5. Kelas itu sendiri
  6. Dan hal lainnya yang sewaktu-waktu terjadi

Kelas Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau
Walter Doyle (1986) dalam buku Santrock (2004) mendeskripsikan enam karateristik yang merefleksikan kompleksitas dan problemnya yaitu:
  1. Kelas adalah multidimensional, yaitu kelas adalah setting untuk banyak kegiatan, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, bermain, berkomunikasi dengan teman dan berdebat.
  2. Aktivitas terjadi secara simultan. Banyak aktivitas yang terjadi secar simultan didalam kelas, seperti ada murid yang menulis dan sebagian lagi mendiskusikan suatu cerita bersama guru.
  3. Hal-hal terjadi secara cepat. Kejadian yang sering kali terjadi secara cepat dan membutuhkan respon yang cepat.
  4. Kejadian sering tidak terprediksi. Hal ini berupa murid sakit, murid berkelahi, alarm kebakaran berbunyi, dan sebagainya.
  5. Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat publik dimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian yang tidak terduga, dan mengalami frustasi.
  6. Kelas punya sejarah. Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu.
Tujuan dan Strategi Manajemen
Menurut Santrock (2004), ada 2 tujuan manajemen kelas yang efektif, yaitu :
  1. Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan.
  2. Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip penataan kelas yang dikemukakan oleh Evertson, Emmer, dan Worsham (2003) dalam buku Santrock (2004):
- Mengurangi kepadatan di tempat lalu–lalang.
- Memastikan bahwa duru dapat melihat murid dengan mudah.
- Materi dan perlengkapan kelas mudah diakses.
- Memastikan murid dapat melihat semua presentasi kelas.

Gaya Penataan yang dikemukakan oleh Crane (2001) dan Fickes (2001) dalam buku Santrock (2004):
- Gaya auditorium yaitu semua murid menghadap guru.
- Gaya tatap muka yaitu murid saling berhadapan langsung satu sama lain.
- Gaya off-set, sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan
langsung satu sama lain.
- Gaya seminar, sejumlah murid duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi.
- Gaya klaster, yaitu sejumlah murid bekerja dalam kelompok kecil.

  1. Perkembangan Anak Pra-Sekolah
Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 – 6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak (Biechler dan Snowman dari Patmonodewo, 2003).
Dalam proses perkembanganya ada ciri-ciri yang melekat dan menyertai periode anak tersebut. Menurut Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada TK. Ciri-ciri anak TK dan prasekolah yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.
Ciri Fisik Anak Prasekolah
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
  • Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
  • Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
  • Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
  • Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
  • Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
  • Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.


Ciri Sosial Anak Prasekolah atau TK
  • Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
  • Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
  • Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among praschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial.
Ciri Emosional Anak Prasekolah atau TK
      • Anak TK cenderung mngekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
      • Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
  • Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
  • Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut: a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak. b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak. c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
  • Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. a) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku. b) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya. c) Kagumilah apa yang dilakukan anak. d) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.



Pendidikan anak Pra-Sekolah
  • Menurut The National Association for The Education of Young Children (NAEYC), pendidikan prasekolah (early childhood education) adalah pelayanan yang diberikan dalam tatanan masa kanak awal. Fungsi pendidikan prasekolah sendiri merupakan sebagai persiapan anak untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebih matang.
  • Menurut UU RI No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 (2), pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasai pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup.
Bermain Sosial
Dengan bentuk seperti ini, guru dapat melihat partisipasi anak dalam suatu kegiatan bermain dan akan menunjukkan derajat partisipasi berbeda. Parten (1932) dan Brewer (1992) menjelaskan berbagai derajat partisipasi anak :
· Solitary Play ; anak bermain sendiri tanpa menghiraukan anak lainnya
· Onlooker Play ; anak hanya sebagai penonton dalam permainan tersebut
· Parallel Play ; anak menggunakan mainan yang sama atau meniru cara anak lain ber-
main, namun tetap bermain sendiri.
· Associative Play ; anak bermain bersama namun permainan tidak terstruktur
· Cooperative Play ; anak bermain bersama dengan aturan-aturan tertentu
Praktik Pendidikan Anak Pra-Sekolah
Pada tahun 1986, NAEYC meneliti isu praktik yang cocok dikembangkan pada program masa awal anak-anak. Dalam suatu studi, anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah dengan praktik yang cocok menurut dokumen yang diterbitkan NAEYC memperlihatkan perilaku kelas yang lebih cocok dan kebiasaan belajar yang lebih baik (Hart & others, 1993).
Beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD:
1. Model Pembelajaran Klasikal
Adalah suatu pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan di TK. Sarana pembelajaran terbatas dan kurang memperhatikan minat anak secara individu.
2. Model Pembelajaran Berdasarkan Kelompok dengan Kegiatan Pengamanan
Dalam pembelajaran ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. dalam satu pertemuan anak harus menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah menyelesaikan tugas lebih cepat, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau tidak ada tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alat-alat yang bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema / sub tema
3. Model pembelajaran berdasarkan sudut,
Langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan. Alat-alat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema dan sub tema.
4. Model pembelajaran berdasarkan area Model
Pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih / menentukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk memenuhi kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak.
5. Model pembelajaran berdasarkan sentra
Adalah pendidikan pembelajaran dalam proses pembelajaran dilakukan di dalam lingkaran dan sentra bermain. Guru bersama anak duduk dengan posisi melingkar dan saat dalam lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum dan sesudah bermain Sentra bermain merupakan area / zona bermain anak yang di lengkapi alat bermain, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Dalam membuka sentra setiap hari disesuaikan dengan jumlah kelompok setiap PAUD Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia PAUD dalam satu kegiatan di satu sentra kegiatan Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain : bermain sensori motor / fungsional , bermain peran , bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Selain metode yang bersifat teknis di atas, ada beberapa metode pengajaran yang lebih umum antara lain :


a. Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir kreatif dan berinisiati.
b. Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Setidaknya tedapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu.














KESIMPULAN, HAMBATAN, SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa TK Dharma Wanita Persatuan USU telah memiliki pengelolaan kelas yang cukup baik.Dimana TK ini telah cukup memenuhi prinsip penataan kelas, gaya penataan kelas menggunakan gaya tatap muka, prinsip penataan kelas sudah terpenuhi. Tetapi menurut kami, guru pada TK ini kurang dalam memberikan reward berupa pujian terhadap murid-murid yang sudah berani menjawab pertanyaan guru.
Hambatan
Secara keseluruhan semuanya berjalan lancar, tetapi terkadang ada beberapa anak yang masih malu-malu karena kedatangan kami, jadi mereka juga terkadang tidak menjawab apa yang kami tanyakan.
Saran
Sebaiknya guru di TK Dharmawanita USU lebih sering memberikan reward bukan hanya tepuk tangan tetapi juga berupa perkataan seperti “kamu pintar sayang!” agar memotivasi murid lebih berani menjawab pertanyaan guru serta lebih semangat.











TESTIMONI MASING-MASING
Hafizah Aini 16-002
Pengalaman yang menarik dan menyenangkan. Karena berinteraksi dengan anak-anak. Dengan adanya kegiatan observasi ini membuat saya mengetahui hal apa saja yang bisa diobservasi dan energi positif dari anak-anak itu rasanya menular kepada kami. Bagaimana keceriaan dan semangat mereka yang membuat kami ikut bersemangat dan ceria.
Talenta M.N. Hutabarat 16-005
Menurut saya, kegiatan observasi terhadap manajemen kelas dimata kuliah psikologi pendidikan ini adalah hal yang baru dan merupakan bagian tugas yang sangat menyenangkan dan sangat membantu dalam penambahan ilmu secara praktik dalam pembelajaran selama kuliah.
M. Ridhona Z. Nur 16-010
Observasi ini membuat saya ingin kembali ke masa kecil saya. Apalagi lihat anak –anak yang lucu lucu. Wihhh.... makin membuat saya betah di TK itu. Dan satu hal yang membuat saya belajar dari TK itu adalah nikmatilah masa kecilmu!. Sebab jika kita merasa masa kecil kita pahit,maka jadikanlah ia alasan buat kesuksesanmu di masa depan, tapi jika kita merasa masa kecil kita manis maka jangan jadikan ia alasan tetapi pertahankanlah untuk kemudahanmu dalam kesuksesanmu di masa depan.
Wanda Pratama 16-026
Menurut saya sistem pembelajarannya sangat menyenangkan karena anak-anak bisa belajar sambil bermain, sebab pembelajar seperti itu tidak ada kebosanan dalam belajar
Neni Tria Harahap 16-030
Observasi ini merupakan pengalaman yang menarik untuk saya, karena saya sebelumnya belum pernah melalukan observasi terutama terjun langsung mengobservasi anak-anak TK.Serta banyak sekali hal positif yang saya peroleh seperti semangat mereka yang tinggi dalam belajar dan observasi ini juga mengingatkan saya terhadap masa TK saya dulu, bahwa guru akan sangat sabar menjawab pertanyaan yang terkadang sangat lucu dan tidak masuk akal.


Intan Yolanda 16-041
Menurut saya sistem pembelajarannya sudah cukup bagus dan juga sistem pengajarannya. Hanya perlu di maksimalkan saja. Selain itu, sekolah juga harus melihat bagaimana cara siswa belajar agar lebih mudah dan baik dalam menerima pelajaran di sekolah.
Santi Melisa 16-058
Observasi kepada anak-anak TK justru semakin membuat saya deg-degan! Saya sangat senang bertemu dengan anak-anak dan seketika saya merasa lebih muda. Para guru dan murid menyambut kami dengan sapaan dan senyuman hangat. Mereka sangat atraktif tetapi terkadang suasana kelas menjadi agak ribut. Akan tetapi guru bisa mengontrol mereka. Saya berkeinginan untuk melakukan observasi ketempat lain lagi.
















DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John. (2004), Psikologi Pendidikan.Jakarta: Prenadamedia Group























POSTER





LAMPIRAN


DOKUMENTASI
Foto bersama anggota kelompok dan guru beserta murid-murid


Saat anak-anak senam pagi didampingi guru

Keadaan kelas







Siswa menggambar dan mewarnai


Guru memeriksa dan menilai gambaran siswa

Saat anak mencuci tangan sebelum makan




Siswa makan siang